Cara Meminta Maaf dengan Bahasa Jawa Ngoko : Sepurane
Meminta maaf adalah cerminan sikap rendah hati, dan dalam budaya Jawa, cara menyampaikannya bisa menunjukkan kedekatan atau rasa hormat. Sepurane, sebagai ungkapan maaf dalam bahasa Jawa ngoko, cocok untuk situasi santai, seperti ngobrol dengan teman sebaya atau adik. Menurut Budaya Jawa dan Nilai-Nilainya oleh S. Pujiastuti, bahasa ngoko mencerminkan keakraban dan kehangatan, yang jadi ciri khas komunikasi sehari-hari di Jawa Tengah, Yogyakarta, atau Jawa Timur.
Di Indonesia, bahasa Jawa dituturkan oleh lebih dari 80 juta orang (data Badan Pusat Statistik 2023), menjadikannya salah satu bahasa daerah terbesar. Menguasai ungkapan seperti sepurane membantu kamu terhubung dengan komunitas Jawa, misalnya saat nongkrong di warung kopi Solo atau ngobrol sama tetangga di Surabaya. Plus, ini cara asyik untuk melestarikan budaya lokal di era digital 2025. Siap belajar cara minta maaf ala Jawa?
Sepurane artinya “maaf” dalam bahasa Jawa tingkatan ngoko, yang merupakan level bahasa paling santai. Ngoko digunakan saat berbicara dengan teman dekat, orang sebaya, atau yang lebih muda, tanpa perlu formalitas berlebih. Misalnya, kalau kamu nggak sengaja nyanyi kenceng di kosan dan ganggu temen, bilang aja, “Sepurane, aku ora sengaja!” (Maaf, aku nggak sengaja!). Kalimat ini sederhana, tulus, dan bikin suasana tetap cair.
Untuk situasi lebih sopan, seperti minta maaf ke orang tua atau guru, gunakan tingkatan krama, misalnya “nyuwun pangapunten” (mohon maaf). Contohnya, seorang pelajar di Semarang berkata, “Nyuwun pangapunten, kulo telat nggih,” saat terlambat masuk kelas, menunjukkan rasa hormat. Memahami perbedaan ngoko dan krama ini penting agar maafmu sesuai konteks dan nggak bikin salah paham.
Baca Juga : Kosakata Bahasa Jawa Populer
Variasi Ungkapan Maaf dalam Bahasa Jawa Ngoko
Selain sepurane, ada banyak cara lain untuk minta maaf dalam bahasa Jawa ngoko yang bisa bikin obrolanmu lebih variatif. Berikut tujuh ungkapan populer, lengkap dengan arti dan konteks penggunaannya:
Ungkapan Bahasa Jawa Ngoko | Arti dalam Bahasa Indonesia | Konteks Penggunaan |
---|---|---|
Sepurane | Maaf | Santai, untuk kesalahan kecil, seperti telat atau nggak sengaja. |
Nyuwun ngapunten | Mohon maaf | Agak formal dalam ngoko, cocok untuk temen yang lebih senior. |
Mohon ngapunten | Mohon maaf | Mirip nyuwun ngapunten, tapi lebih lembut. |
Nderek nyuwun sewu | Meminta maaf (lebih halus) | Untuk kesalahan yang agak serius, tapi tetap santai. |
Monggo maafaken | Silakan maafkan | Minta maaf dengan nada memohon, tapi akrab. |
Ojo nesu, sepurane | Jangan marah, maaf ya | |
Maaf, aku kleru | Maaf, aku salah | Mengakui kesalahan dengan jujur dan santai. |
Contoh Nyata: Di Surabaya, seorang temen bilang “Ojo nesu, sepurane, aku lali janji!” saat lupa ketemuan, dan langsung bikin suasana rileks lagi. Tip: Sesuaikan ungkapan dengan situasi; kalau temen lagi sensi, “monggo maafaken” bisa lebih menenangkan.
Budaya Jawa di Balik Ungkapan Maaf
Di budaya Jawa, meminta maaf bukan sekadar kata, tetapi cerminan nilai tepo seliro (saling pengertian) dan ngajeni (menghormati). Bahasa ngoko seperti sepurane menunjukkan keakraban, tapi tetap harus disampaikan dengan tulus agar diterima. Di banyak daerah Jawa, seperti Blora atau Kudus, ungkapan maaf sering diiringi gestur sederhana seperti menunduk atau senyum untuk menunjukkan ketulusan.
Contoh Nyata: Di sebuah acara keluarga di Solo, seorang anak bilang “Sepurane, aku lali bawa oleh-oleh,” dan keluarga menyambutnya dengan tawa hangat, menunjukkan betapa maaf dalam ngoko mempererat hubungan. Tip: Pelajari konteks budaya lokal untuk tahu kapan ngoko atau krama lebih tepat.
Baca Juga : Arti Nggih dalam Bahasa Jawa