Langkah Mudah Menulis Footnote dari Jurnal dengan Benar
Menyusun karya tulis ilmiah seperti skripsi, jurnal, atau makalah memang seru, tapi kadang bikin pusing kalau urusan detail seperti footnote. Tenang, cara menulis footnote dari jurnal nggak sesulit yang kamu bayangkan! Dengan langkah yang tepat, kamu bisa bikin catatan kaki yang rapi dan sesuai aturan. Yuk, simak 6 langkah mudah berikut biar karya tulismu makin kredibel dan profesional!
Footnote, atau catatan kaki, adalah penjelasan tambahan yang diletakkan di bagian bawah halaman untuk memberikan sumber kutipan atau informasi ekstra. Ini penting banget untuk menunjukkan bahwa tulisanmu didukung sumber terpercaya, sekaligus menghindari plagiarisme. Artikel ini akan memandu kamu step-by-step, lengkap dengan contoh yang gampang dipahami. Siap jadi penulis akademik yang jago? Ayo mulai!
Mengapa Footnote Penting dalam Karya Tulis?
Footnote bukan cuma hiasan di karya tulis, tapi elemen penting yang bikin tulisanmu terlihat lebih terpercaya. Bayangkan kalau kamu kutip pendapat keren dari jurnal, tapi lupa kasih sumber—bisa-bisa dituduh nyontek! Footnote membantu menunjukkan dari mana ide atau data itu berasal, sekaligus memberikan penghargaan ke penulis aslinya.
Selain itu, footnote juga membantu pembaca yang penasaran untuk mencari sumber asli kalau ingin tahu lebih banyak. Misalnya, kalau kamu nulis tentang dampak media sosial pada remaja, footnote bisa nunjukin jurnal mana yang jadi rujukanmu. Dengan begitu, tulisanmu nggak cuma meyakinkan, tapi juga punya dasar yang kuat.
Oh ya, setiap kampus atau instansi punya aturan sendiri soal format footnote, jadi pastikan kamu cek panduan penulisan dari dosen atau penerbit. Dengan memahami pentingnya footnote, kamu bakal lebih semangat untuk menulisnya dengan benar. Yuk, kita ke langkah pertama!
1. Selesaikan Tulisan Sebelum Menambahkan Footnote
Langkah pertama dalam cara menulis footnote dari jurnal adalah menyelesaikan bagian tulisan yang akan diberi footnote. Kalau kamu buru-buru bikin catatan kaki sebelum kalimatnya selesai, bisa-bisa malah bingung sendiri. Misalnya, kalau kamu nulis paragraf tentang pengaruh teknologi pada pendidikan, pastikan kalimatnya sudah rapi dan kutipan dari jurnal sudah ditempatkan dengan tepat.
Contohnya, kalau kamu nulis, “Teknologi meningkatkan akses pendidikan hingga 30% dalam dekade terakhir.”, pastikan kamu tahu jurnal mana yang jadi sumber data itu. Setelah kalimat selesai, kamu bisa langsung tambahkan footnote di akhir kalimat. Ini bikin prosesnya lebih teratur dan nggak bikin pusing.
Sebelum lanjut, catat semua sumber yang kamu pakai di dokumen terpisah. Ini membantu kamu mengingat detail jurnal, seperti nama penulis, judul, atau halaman, sehingga nggak perlu bolak-balik cek sumber. Dengan tulisan yang sudah rapi, kamu siap ke langkah berikutnya!
Jangan lupa, pastikan kutipan yang kamu masukkan relevan dengan topik. Footnote yang nggak nyambung cuma bikin tulisanmu terlihat berantakan, lho!
2. Tambahkan Angka Arab sebagai Penanda Footnote
Setelah kalimat selesai, saatnya tandai kutipan dengan angka Arab (1, 2, 3, dst.) sebagai penanda footnote. Angka ini diletakkan tepat setelah titik di akhir kalimat, dalam format pangkat atas (superscript). Misalnya, kalau kamu nulis, “Media sosial meningkatkan interaksi sosial remaja.1”, angka 1 itu menunjukkan ada footnote di bawah halaman.
Di Microsoft Word, caranya gampang: blok angka yang kamu tulis, lalu klik menu “Home” dan pilih opsi “Superscript” (biasanya ikon X²). Kalau nggak pakai Word, kamu bisa tulis manual dengan tanda ^, misalnya ^1, tapi pastikan formatnya sesuai panduan instansimu.
Angka footnote harus urut dari awal sampai akhir dokumen. Jadi, kalau di halaman pertama kamu pakai angka 1, di halaman berikutnya lanjutkan dengan 2, 3, dan seterusnya. Ini bikin pembaca nggak bingung saat mencari catatan kaki.
Pastikan juga angka ini diletakkan setelah tanda baca, seperti titik atau koma, biar nggak mengganggu alur kalimat. Dengan penanda yang jelas, footnote-mu bakal terlihat rapi dan profesional!
3. Atur Format Footnote dengan Benar
Sekarang, kita masuk ke bagian menulis footnote itu sendiri. Di bagian bawah halaman, ketik angka footnote yang sama dengan yang ada di teks (tanpa superscript), lalu masukkan informasi jurnal sesuai urutan: nama penulis, judul artikel, nama jurnal, volume, nomor (jika ada), bulan/tahun terbit, dan nomor halaman.
Contohnya, kalau kamu kutip jurnal tentang kesehatan mental, footnote-nya bisa ditulis begini: 1 Andi Pratama, “Dampak Media Sosial pada Kesehatan Mental Remaja”, Jurnal Psikologi Indonesia, Vol. 10 No. 3 (Maret 2025), hlm. 123. Perhatikan bahwa nama penulis ditulis lengkap (nama depan dan belakang), dan judul artikel dalam tanda kutip.
Kalau jurnal punya dua penulis, tulis nama keduanya dengan “dan” di antaranya, seperti: 2 Budi Santoso dan Citra Lestari, “Pengaruh Teknologi pada Pembelajaran Daring”, Jurnal Pendidikan Modern, Vol. 5 No. 1 (Januari 2025), hlm. 45. Kalau nggak ada volume, cukup tulis nomor edisi atau bulan terbit.
Jarak antar footnote biasanya satu spasi, tapi cek panduan instansimu karena beberapa minta spasi 1,5 atau dobel. Dengan format yang rapi, footnote-mu bakal bikin karya tulis terlihat lebih meyakinkan!
4. Sesuaikan dengan Panduan Penulisan Instansi
Setiap kampus, jurnal, atau instansi punya aturan sendiri soal penulisan footnote. Misalnya, ada yang minta nama penulis ditulis terbalik (nama belakang dulu), atau ada yang nggak perlu volume jurnal. Jadi, sebelum nulis footnote, cek dulu pedoman penulisan dari dosen, fakultas, atau penerbit.
Contohnya, kalau panduan minta menjorokkan footnote sebanyak 7 spasi, kamu bisa atur indentasi di Word dengan fitur “Tab” atau pengaturan paragraf. Kalau nggak ada aturan khusus, menjorok 5-7 spasi biasanya sudah cukup. Yang penting, pastikan semua footnote dalam dokumenmu konsisten.
Kalau kamu nulis untuk jurnal akademik, perhatikan juga apakah mereka pakai gaya APA, MLA, atau Chicago. Untuk footnote, gaya Chicago biasanya paling umum, dengan format seperti yang sudah dijelaskan tadi. Dengan mematuhi panduan, karya tulismu bakal terlihat lebih profesional!
Jangan lupa simpan salinan panduan penulisan itu di dekatmu saat nulis. Ini bikin kamu nggak perlu bolak-balik tanya dosen, dan prosesnya jadi lebih cepat.
5. Gunakan Contoh Footnote untuk Memudahkan
Buat yang baru pertama kali nulis footnote, contoh adalah penyelamat! Berikut beberapa contoh footnote dari jurnal yang bisa kamu jadikan panduan. Misalnya, untuk jurnal tanpa nomor edisi: 3 Siti Aminah, “Manfaat Olahraga untuk Kesehatan Jantung”, Jurnal Kesehatan Masyarakat, (Februari 2025), hlm. 89.
Kalau jurnal punya tiga penulis atau lebih, tulis nama penulis pertama lalu tambahkan “dkk.”, seperti: 4 Rudi Hartono dkk., “Inovasi Teknologi Ramah Lingkungan”, Jurnal Teknik, Vol. 8 No. 2 (Juni 2025), hlm. 200-205. Kalau halaman lebih dari satu, gunakan tanda hubung untuk menunjukkan rentang halaman.
Untuk jurnal tanpa bulan terbit, cukup tulis tahunnya: 5 Maya Sari, “Analisis Tren Ekonomi Digital”, Jurnal Ekonomi Global, Vol. 12 No. 1 (2025), hlm. 56. Contoh-contoh ini membantu kamu memahami variasi format sesuai situasi.
Simpan contoh-contoh ini di catatanmu, atau buat template di Word biar lebih cepat nulis footnote berikutnya. Dengan latihan, kamu bakal jago bikin footnote dalam sekejap!
6. Periksa Ulang Footnote Sebelum Kirim
Langkah terakhir adalah memeriksa ulang semua footnote di karya tulismu. Pastikan nomornya urut, formatnya konsisten, dan informasinya lengkap. Misalnya, cek apakah nama penulis, judul jurnal, atau nomor halaman sudah benar. Salah ketik di footnote bisa bikin karya tulismu kurang meyakinkan.
Gunakan fitur “Find” di Word untuk mencari nomor footnote yang mungkin terlewat atau dobel. Kalau kamu nulis banyak footnote, buat daftar sumber di dokumen terpisah untuk memudahkan pengecekan. Ini juga membantu kalau dosen minta daftar pustaka nanti.
Jangan lupa cek apakah kutipan di teks sesuai dengan footnote-nya. Misalnya, kalau kamu kutip data di halaman 123, pastikan footnote-nya juga menyebut halaman itu. Dengan pengecekan yang teliti, karya tulismu bakal bebas dari kesalahan kecil yang bikin ilfil.
Terakhir, minta temen atau kakak kelas untuk baca ulang karya tulismu. Mata segar dari orang lain sering nemuin kesalahan yang kamu lewatin. Dengan langkah ini, footnote-mu bakal sempurna!