Perbedaan Sanmol dan Paracetamol untuk Nyeri
Inilah perbedaan Sanmol dan Paracetamol untuk meredakan nyeri, demam, serta penggunaan aman obat-obatan ini.

Sanmol dan Paracetamol adalah dua obat yang sering digunakan di Indonesia untuk mengatasi demam dan nyeri, termasuk sakit kepala. Meski memiliki fungsi yang mirip, apakah ada perbedaan mendasar antara keduanya? Simak penjelasan lengkapnya dalam artikel ini untuk mengetahui lebih jauh mengenai perbedaan Sanmol dan Paracetamol untuk nyeri.
Perbedaan Sanmol dan Paracetamol untuk Nyeri
Secara umum, Sanmol dan Paracetamol merupakan jenis obat yang sama karena keduanya mengandung bahan aktif paracetamol. Paracetamol sendiri dikenal sebagai analgetik (pereda nyeri) dan antipiretik (penurun demam) yang sangat populer. Obat ini aman digunakan untuk semua kalangan, mulai dari anak-anak hingga orang dewasa.
Apakah Sanmol dan Paracetamol Berbeda?
Sanmol diproduksi oleh PT Sanbe Farma dan merupakan merek dagang dari obat yang mengandung paracetamol. Sanmol tersedia dalam beberapa bentuk, seperti:
- Tablet 500 mg
- Sirup 12 mg/5 ml
- Drops (tetes) 60 mg/0,6 ml
- Infus 10 mg dan 1.000 mg/100 ml
Selain Sanmol, ada juga beberapa merek dagang lain yang mengandung paracetamol, seperti Panadol, Bodrex, Paramex, dan Oskadon. Pada dasarnya, obat-obatan tersebut bekerja dengan cara yang sama, yaitu meredakan nyeri dan menurunkan demam.
Baca Juga : Perbedaan Luas GBK dan JIS serta Perbedaan Terbaru
Cara Kerja Paracetamol dalam Sanmol
Paracetamol dalam Sanmol bekerja dengan memblokir produksi zat-zat di otak yang menyebabkan nyeri dan demam. Menurut WebMD, paracetamol efektif untuk mengatasi berbagai jenis nyeri seperti sakit kepala, nyeri haid, sakit gigi, hingga nyeri pasca operasi.
Obat ini juga bisa digunakan untuk mengatasi flu dan pilek, terutama ketika disertai dengan demam dan nyeri tubuh. Untuk hasil yang optimal, Sanmol atau paracetamol sebaiknya dikonsumsi sesuai dosis yang tertera pada kemasan atau berdasarkan rekomendasi dokter.
Efek Samping Sanmol dan Paracetamol
Meskipun tergolong aman, penggunaan paracetamol di luar dosis yang dianjurkan dapat menyebabkan beberapa efek samping, seperti:
- Reaksi alergi
- Masalah pernapasan
- Gatal atau bengkak pada wajah, lidah, dan tenggorokan
- Pusing
Jika efek samping ini terjadi, segera hentikan penggunaan dan hubungi dokter.
Alternatif Obat Selain Paracetamol
Bila paracetamol tidak mampu mengatasi gejala yang dirasakan, beberapa obat lain dapat menjadi alternatif. Berikut ini beberapa pilihan yang bisa dipertimbangkan:
- Ibuprofen: Obat ini bekerja sebagai pereda nyeri dan penurun demam, namun memiliki efek yang lebih kuat dibandingkan paracetamol. Penggunaan ibuprofen sebaiknya mengikuti petunjuk dokter karena efek sampingnya bisa lebih berat jika digunakan sembarangan.
- Naproxen: Termasuk golongan NSAID (Nonsteroidal Anti-inflammatory Drugs), naproxen bisa digunakan untuk mengatasi nyeri pada sendi dan otot. Namun, obat ini hanya bisa dibeli dengan resep dokter.
- Aspirin: Aspirin biasanya digunakan untuk mengatasi nyeri ringan hingga sedang. Obat ini juga sering digunakan untuk mengurangi peradangan dan mencegah stroke ringan. Namun, penggunaannya harus sesuai dosis agar terhindar dari efek samping seperti sakit perut dan pendarahan.
Kesimpulan
Secara keseluruhan, Sanmol dan Paracetamol tidak memiliki perbedaan yang signifikan karena Sanmol adalah merek dagang dari obat yang mengandung paracetamol. Keduanya bekerja dengan cara yang sama, yaitu meredakan nyeri dan menurunkan demam. Pastikan untuk selalu mengonsumsi obat sesuai dosis yang dianjurkan agar terhindar dari efek samping.
Jika paracetamol tidak memberikan hasil yang diinginkan, alternatif lain seperti ibuprofen, naproxen, dan aspirin dapat menjadi pilihan, tentunya dengan memperhatikan anjuran dokter.
Baca Juga : Perbedaan Fungsi Bedak, Foundation, dan Cushion