Perbedaan Hanacaraka Sunda dan Jawa

Suku Jawa dan Suku Sunda pasti sudah familiar dengan istilah Hanacaraka. Aksara ini memiliki sejarah panjang sebagai bagian dari budaya Indonesia. Namun, apa perbedaan antara Hanacaraka Sunda dan Jawa?
Perbedaan Hanacaraka Sunda dan Jawa
Hanacaraka Sunda
Hanacaraka dalam bahasa Sunda disebut juga cacarikan. Aksara Sunda bukan hanya Hanacaraka, tetapi ada beberapa jenis aksara lainnya yang populer pada masanya. Aksara Sunda dibagi menjadi dua jenis: aksara Sunda modern dan aksara Hanacaraka.
Aksara Sunda modern mulai digunakan kembali sekitar 15 tahun terakhir. Sementara itu, aksara Hanacaraka digunakan untuk menulis dan berbicara dalam bahasa Sunda.
Baca Juga : Perbedaan China dan Tiongkok: Apa yang Harus Kamu Ketahui?
Hanacaraka Jawa
Menurut jurnal Kebipaan 2019, aksara Jawa diperkenalkan sejak abad ke-17 ketika kerajaan Mataram mulai berpengaruh di bagian barat Pulau Jawa. Hanacaraka pada dasarnya adalah nama untuk aksara yang dipakai di Jawa dan sekitarnya. Aksara ini juga digunakan untuk menulis bahasa Madura, Bali, Sasak, dan Sunda, dengan variasi tertentu.
Hanacaraka Jawa ditulis dari kiri ke kanan menggunakan sistem abugida. Ini berarti setiap hurufnya mengandung satu suku kata dengan vokal "a".
Walaupun aksara Sunda dan Jawa tampak mirip, ada beberapa perbedaan utama, antara lain:
- Bunyi /o/: Dalam bahasa Jawa, bunyi /o/ ditulis dengan sandhangan taling tarung, sementara dalam aksara Sunda hanya menggunakan tarung.
- Bunyi ‘eu’: Dalam aksara Sunda, bunyi ini ditulis dengan kombinasi tarung dan pepet. Sementara di aksara Jawa Kuno, ‘eu’ biasanya ditulis dengan huruf ‘o’.
- Bunyi dental ‘d’ dan ‘t’: Dalam bahasa Sunda, tidak ada perbedaan khusus untuk bunyi ini, sedangkan dalam bahasa Jawa terdapat perbedaan bunyi.
Walaupun memiliki perbedaan, aksara Sunda modern dan Jawa modern sebenarnya memiliki asal-usul yang sama, yaitu dari aksara Kawi. Namun, keduanya tidak memiliki hubungan langsung.
Baca Juga : Perbedaan Hijab dan Jilbab dalam Perspektif Pakaian