Kenapa Anjing Selalu Nempel Terus?

Kalau kamu punya anjing yang terus lengket kayak lem ke mana pun kamu pergi, rasanya memang menyentuh hati. Si doggo yang selalu setia di belakangmu bisa jadi bikin harimu lebih cerah. Tapi, tunggu dulu... apakah kelekatan itu semata-mata karena cinta? Atau ada sesuatu yang lebih dalam di balik tatapan polosnya?
Antara Kasih Sayang dan Kecemasan: Kenapa Anjing Selalu Mengikutimu?
Menurut dokter hewan Dorota Sumińska, perilaku ini wajar dan bisa jadi memang karena anjingmu sangat menyayangimu. Sama seperti manusia yang ingin terus dekat dengan orang tersayang, anjing pun begitu—mereka ingin selalu ada di dekatmu. Kedengarannya manis banget, ya?
Tapi sudut pandang berbeda datang dari pelatih anjing sekaligus pakar perilaku hewan bersertifikat, Aleksandra Chrapkowska. Ia menyatakan bahwa perilaku “nempel terus” itu nggak selalu berarti sayang. Bisa jadi, itu pertanda si anjing merasa cemas dan melihat kamu sebagai satu-satunya sumber rasa aman. Bahasa psikologinya, ini bisa jadi sinyal dari separation anxiety atau kecemasan karena takut ditinggal.
Kenali Tanda-Tanda Separation Anxiety pada Anjing
Melihat anjing selalu mengikuti kita memang menggemaskan. Tapi coba perhatikan ketika kamu pergi meninggalkan rumah: Apakah ia mulai menggonggong terus-menerus? Atau merusak perabotan? Gelisah, mondar-mandir, atau bahkan buang air sembarangan? Kalau iya, bisa jadi itu bentuk kegelisahan yang serius.
Masalah ini nggak bisa dianggap enteng. Sama seperti manusia yang butuh bantuan saat merasa cemas, anjing juga begitu. Pendekatannya bukan sekadar melarang, tapi memberi pelatihan dan rasa aman. Biasanya, butuh bantuan dari animal behaviorist atau pelatih profesional yang tahu cara membangun kepercayaan diri si anjing secara bertahap.
Kisah Nyata: Dari Perasaan Lucu Jadi Kesadaran Emosional
Saya sendiri pernah mengalami hal ini. Anjing saya dulu selalu nempel banget, dan awalnya saya merasa tersentuh—“Wah, dia sayang banget sama aku.” Tapi kemudian saya mulai sadar, setiap kali saya keluar kamar atau pulang agak lama, dia panik, gelisah, bahkan menangis. Ternyata itu bukan cuma sayang, tapi bentuk kecemasan.
Akhirnya saya konsultasi ke pelatih, dan kami pelan-pelan melatih anjing saya supaya lebih percaya diri dan tenang walau sendirian. Prosesnya nggak instan, tapi hasilnya luar biasa. Saya jadi lebih paham bahasa tubuh dan emosi si doggo, dan kami pun jadi makin dekat—dalam arti yang lebih sehat.
Bukan Sekadar Dekat, Tapi Saling Mengerti
Dari pengalaman ini, saya belajar satu hal penting: mencintai hewan peliharaan itu bukan cuma soal memberi makan atau bermain bersama. Tapi juga tentang mendengarkan dan memahami bahasa emosinya. Perilaku menggemaskan belum tentu berarti bahagia, dan kadang yang mereka butuh adalah ruang untuk belajar mandiri.
Bagaimana dengan kamu? Pernah punya pengalaman serupa dengan anjing kesayanganmu? Apakah kamu merasa perilaku nempelnya itu wajar, atau pernah curiga ada yang nggak beres? Yuk, bagikan ceritamu di kolom komentar. Siapa tahu kisahmu bisa bantu pemilik anjing lainnya.
Kalau artikel ini membuka wawasan kamu, jangan ragu untuk share ke teman sesama pecinta anjing. Bersama, kita bisa jadi pemilik hewan yang bukan cuma penuh kasih, tapi juga peka dan pengertian!