Apa Nama Ibu Kota Baru Mesir?
Pernah dengar soal ibu kota baru Mesir yang super megah? Sama seperti Indonesia yang lagi bangun IKN Nusantara, Mesir juga punya proyek besar bernama New Administrative Capital (NAC). Tapi, apa nama ibu kota baru Mesir sebenarnya? Hingga kini, kota ini belum punya nama resmi dan cuma dipanggil NAC. Yuk, kita jelajahi fakta-fakta seru tentang kota ini, mulai dari sejarah pembangunannya sampai rencana masa depannya!
Terletak 45 kilometer di timur Kairo, NAC dirancang sebagai kota pintar dengan teknologi canggih untuk nampung 6,5 juta penduduk. Tujuannya? Biar Kairo nggak terlalu padat, karena populasinya diprediksi bakal membengkak jadi 36 juta jiwa dalam 40 tahun ke depan. Dengan bahasa yang asyik dan mudah dipahami, artikel ini bakal bongkar semua hal keren tentang NAC!
Mesir lagi berusaha wujudin visi modern di bawah Presiden Abdel Fattah Al-Sisi. Jadi, simak terus biar kamu tahu kenapa proyek ini jadi sorotan dunia!
Apa Nama Ibu Kota Baru Mesir?
Sampai sekarang, ibu kota baru Mesir belum punya nama resmi dan dikenal sebagai New Administrative Capital (NAC). Proyek ini digagas sejak 2015 di bawah pimpinan Presiden Abdel Fattah Al-Sisi, tapi belum ada keputusan soal nama permanen. Beberapa usulan nama, seperti “Wedian,” “Masr,” atau “Al Mustaqbal,” pernah muncul, tapi NAC tetap jadi sebutan umum.
NAC dirancang sebagai kota pintar seluas 170.000 hektar, kira-kira dua kali lipat luas Kairo. Kota ini bakal punya gedung pencakar langit tertinggi di Afrika, taman hijau sepanjang 10 kilometer, sampai fasilitas modern seperti universitas dan rumah sakit. Bayangin, kota ini kayak oase futuristik di tengah gurun!
Pembangunan NAC dipimpin oleh Administrative Capital for Urban Development (ACUD), yang ngelola dana dari investor lokal dan asing. Meski belum punya nama, NAC udah mulai menarik perhatian dunia sebagai proyek ambisius Mesir.
Kenapa nama penting? Nama kota bisa ngasih identitas dan semangat baru, kayak “Nusantara” buat IKN Indonesia. Jadi, kita tunggu aja pengumuman resmi dari pemerintah Mesir!
Sejarah Pembangunan NAC: Dari 2015 sampai Sekarang
Proyek NAC resmi diluncurin pada Maret 2015 di konferensi “Mendukung Pembangunan Ekonomi Mesir” di Sharm el-Sheikh. Presiden Al-Sisi bilang, ini adalah bagian dari visi besar buat modernisasi Mesir. Tapi, pembangunannya nggak mulus-mulus amat karena pandemi COVID-19 bikin proyek ini molor dari target selesai 2021.
Pembangunan dimulai di gurun pasir, 45 kilometer dari Kairo, dengan biaya awal sekitar USD 45 miliar (sekitar Rp 675 triliun). Sekarang, biaya total diperkirakan nyaris USD 58 miliar (Rp 900 triliun) karena tambahan fasilitas canggih. Proyek ini melibatkan investor dari Arab Saudi, Kuwait, dan Uni Emirat Arab, plus perusahaan China untuk distrik bisnis.
Meski sempat tersendat, progresnya udah lumayan. Tahap pertama udah selesai, termasuk 100.000 unit rumah, masjid besar, dan katedral terbesar di Timur Tengah. Bahkan, kereta listrik dari Kairo ke NAC udah beroperasi sejak 2023, dan monorel bakal nyusul di 2024.
Pada Desember 2021, pemerintah Mesir mulai pindahin kantor ke distrik pemerintahan NAC untuk uji coba. Sekarang, sekitar 48.000 pegawai pemerintah udah kerja di sana setiap hari. Keren, kan?
Tujuan Pemindahan Ibu Kota: Mengurangi Beban Kairo
Kairo, ibu kota Mesir selama lebih dari 1000 tahun, lagi pusing ngatasin kepadatan penduduk. Dengan populasi sekitar 22 juta jiwa di 2024, Kairo diprediksi bakal nampung 36-40 juta jiwa pada 2050. Infrastrukturnya udah nggak kuat, makanya NAC dibangun buat nyedot sebagian penduduk.
NAC dirancang buat nampung 6,5 juta penduduk, jauh lebih sedikit dari Kairo, biar lebih teratur dan nyaman. Kota ini juga punya taman hijau seluas 10 kilometer, yang disebut “Sungai Hijau,” buat bikin suasana asri di tengah gurun. Selain itu, NAC bakal jadi pusat pemerintahan, bisnis, dan diplomatik, biar Kairo fokus jadi kota wisata bersejarah.
Contohnya, bayangin Kairo sekarang kayak Jakarta yang macet dan penuh. NAC dibangun biar pemerintahan bisa kerja lebih efisien, sementara Kairo tetep jadi magnet buat turis yang pengen lihat piramida atau Masjid Al-Azhar. Rencana ini juga diharapkan bikin 1,75 juta lapangan kerja baru.
Presiden Al-Sisi bilang, NAC adalah simbol “republik baru” Mesir yang modern dan maju. Jadi, proyek ini nggak cuma soal pindah kota, tapi juga wujudin mimpi besar!
Peran Investor Asing dalam NAC
Pembangunan NAC nggak murah, makanya Mesir ngundang investor dari Arab Saudi, Kuwait, dan Uni Emirat Arab. Salah satu tokoh kunci adalah Mohammed Alabbar dari UEA, yang juga bantu bangun Burj Khalifa di Dubai. Dia bilang NAC bakal jadi “perluasan alami” Kairo dengan teknologi tinggi.
Investor asing ini nyumbang dana besar, sekitar USD 12 miliar di awal proyek. Selain itu, perusahaan China ikut bangun distrik bisnis dan keuangan, yang jadi salah satu bagian paling keren di NAC. ACUD, yang ngelola proyek, juga rencanain lelang 5-10% sahamnya di bursa pada 2024 buat nambah dana.
Misalnya, bayangin NAC kayak proyek raksasa yang butuh banyak duit, kayak IKN Indonesia yang juga ngundang investor swasta. Kerja sama internasional ini bikin NAC bisa punya fasilitas kelas dunia, seperti gedung opera dan stadion olahraga yang megah.
Namun, ada kritik soal utang Mesir yang membengkak karena proyek ini. Meski begitu, pemerintah yakin NAC bakal tarik lebih banyak investor dan bantu ekonomi Mesir bangkit.
Tantangan dan Kontroversi Pembangunan NAC
Meski keren, NAC nggak lepas dari tantangan. Pandemi COVID-19 bikin proyek ini molor, sama kayak IKN Indonesia yang juga kena dampak. Selain itu, ekonomi Mesir lagi susah karena inflasi tinggi dan nilai tukar pound yang anjlok, bikin biaya proyek makin mahal.
Banyak kritikus bilang duit sebesar USD 58 miliar lebih baik dipake buat perbaiki ekonomi atau renovasi Kairo. Misalnya, seorang warga Kairo, Ali, bilang, “Kairo punya sejarah ribuan tahun, kenapa nggak diperbaiki aja?” Tapi, pemerintah bilang NAC penting buat kurangin beban Kairo dan tarik investor.
Tantangan lain adalah narik penduduk buat pindah. Meski 100.000 unit rumah udah selesai dan 1.200 keluarga pindah, masih banyak yang ragu karena biaya hidup di NAC mahal. Pegawai pemerintah seperti Ahmed, yang kerja di kementerian, bilang butuh 2,5 jam dari Kairo ke NAC, susah kalau nggak punya rumah di sana.
Meski ada kontroversi, progres NAC tetep jalan. Dengan kereta listrik dan monorel yang udah mulai operasi, NAC perlahan jadi kota impian yang dijanjikan.