Perbedaan Masa Food Gathering dan Food Producing
Pernah kepikiran nggak, gimana ya cara manusia zaman dulu bertahan hidup sebelum ada Indomaret dan nasi padang? Jawabannya: lewat dua masa penting dalam sejarah, yaitu food gathering dan food producing. Kedua masa ini bukan cuma beda cara dapetin makanan, tapi juga ngeubah total gaya hidup, tempat tinggal, hingga kepercayaan manusia purba. Yuk, kita gali lebih dalam lewat 7 fakta seru yang bakal bikin kamu paham banget soal dua masa ini!
1. Kondisi Alam Saat Masa Food Gathering
Di masa food gathering alias zaman berburu dan meramu, bumi kita tuh masih sering 'drama'. Iklimnya belum stabil, cuacanya gampang berubah, dan suhu ekstrem jadi hal yang biasa.
Manusia purba harus pinter-pinter beradaptasi karena perubahan musim bisa ngefek banget ke ketersediaan makanan. Misalnya, kalau musim dingin datang, buah-buahan jadi susah dicari dan hewan buruan banyak yang migrasi ke tempat yang lebih hangat.
Tanaman yang mereka konsumsi waktu itu antara lain umbi hutan, daun pakis, dan buah liar seperti buah salam atau buah ara. Nggak bisa milih-milih pokoknya, asal bisa dimakan ya disikat!
Sementara itu, hewan yang berkeliaran di masa itu pun luar biasa buas dan besar. Ada gajah purba, kerbau liar raksasa, dan harimau bertaring panjang. Tapi tenang, ada juga yang lebih jinak kayak monyet ekor panjang atau rusa kecil.
2. Alat-Alat Masih Sederhana dan Multifungsi
Karena belum kenal teknologi, manusia purba masa food gathering cuma punya alat-alat simpel dari batu dan tulang. Tapi jangan salah, walaupun bentuknya sederhana, fungsinya banyak banget!
- Kapak genggam: Buat nebang pohon kecil, motong daging, sampai menggali umbi.
- Alat serpih: Kecil-kecil tapi tajam, cocok buat motong kulit hewan atau dijadikan pisau dapur zaman purba.
- Kapak perimbas: Biasanya dari batu yang dipukul sampai tajam satu sisi. Cocok buat berburu atau pertahanan diri.
3. Gaya Hidup Nomaden dan Tinggal di Gua
Karena makanan nggak selalu tersedia di satu tempat, manusia masa food gathering hidupnya nomaden alias pindah-pindah. Mereka cuma tinggal sebentar di satu tempat, terus pindah kalau sumber makanan habis.
Tempat tinggal favorit mereka? Gua! Selain terlindung dari hujan dan panas, gua juga jadi tempat aman dari hewan buas. Di gua-gua zaman dulu, banyak ditemukan lukisan dinding lho, kayak graffiti masa kini!
Jumlah anggota kelompok mereka juga terbatas, biasanya 20–30 orang aja. Geng kecil ini saling bantu buat berburu, jaga anak-anak, dan berbagi makanan.
4. Masa Food Producing
Masuk ke masa food producing, manusia mulai hidup lebih santai. Mereka udah bisa mengolah makanan sendiri lewat cara bercocok tanam dan beternak. Ini bener-bener nge-revolusi-in cara hidup manusia!
Contohnya, manusia mulai nanam tanaman kayak:
- Keladi dan ubi
- Padi dan jagung
- Pisang, sukun, dan kacang-kacangan
Nggak cuma nanam, mereka juga mulai beternak ayam, kambing, bahkan anjing. Hewan-hewan ini bukan cuma untuk dimakan, tapi juga bantu jaga rumah atau ladang.
5. Manusia Mulai Hidup Menetap dan Bikin Rumah Panggung
Nggak ada lagi tuh hidup pindah-pindah. Di masa food producing, manusia udah punya lahan dan rumah tetap. Mereka bikin rumah panggung dari kayu dan bambu untuk menghindari binatang liar dan banjir.
Kehidupan sosial juga makin berkembang. Mereka mulai bikin desa kecil, saling bantu dalam bercocok tanam, dan mulai mengenal sistem barter buat tukar barang hasil panen.
Misalnya, ada yang punya jagung bisa tukeran sama temannya yang punya ikan atau kain. Uang belum ada, tapi ekonomi udah mulai jalan!
6. Alat-Alat Zaman Food Producing Sudah Diasah dan Lebih Estetik
Perkakas zaman food producing udah naik level. Batu-batuan nggak cuma dipukul asal, tapi mulai diasah biar tajam dan cakep bentuknya.
Contohnya:
- Beliung persegi: Cocok buat tebang kayu atau mencangkul tanah.
- Kapak lonjong: Digunakan untuk menebang dan juga pertahanan diri.
- Mata panah dan tombak: Lebih tajam dan bisa digunakan untuk berburu dari jarak jauh.
Mereka juga mulai bikin gerabah sebagai tempat menyimpan air, makanan, dan biji-bijian. Bahkan, udah mulai ada baju lho! Baju mereka terbuat dari kulit kayu atau kulit binatang yang dikeringkan.
7. Munculnya Kepercayaan Spiritual
Di masa food producing, manusia nggak cuma mikirin perut, tapi juga mulai mikirin hal-hal gaib. Mereka percaya bahwa roh leluhur masih 'hidup' dan bisa memengaruhi kehidupan sehari-hari.
Muncullah dua aliran kepercayaan:
- Animisme: Percaya pada roh leluhur atau arwah yang sudah meninggal.
- Dinamisme: Percaya bahwa benda-benda tertentu punya kekuatan magis, seperti batu, pohon, atau air terjun.
Biasanya mereka bikin ritual atau sesajen buat minta panen melimpah atau hindari bencana. Bentuk awal dari agama-agama yang kita kenal sekarang ini berakar dari kepercayaan zaman food producing.
Perjalanan dari food gathering ke food producing bukan sekadar soal cara cari makan. Ini adalah kisah besar tentang bagaimana manusia belajar, beradaptasi, dan membentuk peradaban. Dari yang tadinya hidup berpindah-pindah dan hanya mengandalkan alam, mereka mulai menetap, bercocok tanam, beternak, bahkan membentuk sistem sosial dan spiritual yang kompleks.
Revolusi Neolitik ini adalah titik balik kehidupan manusia purba. Dan siapa sangka, dari revolusi itulah akhirnya kita bisa menikmati hidup modern seperti sekarang. Jadi, yuk apresiasi perjalanan panjang nenek moyang kita!